Pada tulisan saya sebelumnya mengungkap kejadian yang terjadi pada tanggal 20 April 2008. Sekedar flashback, hari itu terjadi sebuah peristiwa naas yang menimpa saya dan Alm. Anggi. Akibat kelalaian sang supir toko furniture, Anggi meninggal dunia. Padahal dulu posisinya kami dari arah Subang menuju Bandung, sedang berada dijalan tanjakan. Sementara si penabrak tak bertanggung jawab itu berada diarah sebaliknya. Diperkirakan saat itu dia menyalip di jalan tikungan dan “memakan” jalan kami. Dan pada akhirnya Buummm!!! Tabrakan pun tidak dapat dihindari.
Terus terang hingga kini saya masih belum bisa melupakan hal itu. Bagaimana tidak, setelah itu saya merasa hidup saya hancur. Kaki kanan saya cacat. Dari ujung mata kaki sampai paha dipasang pen. Bahkan dulu pas awal kejadian dan di operasi, jari manis kaki kanan saya juga patah, dan harus dipasang pen yang bentuknya kurang lebih menyerupai jari-jari sepeda/tusuk konde antara pertengahan jempol dan telunjuk, telunjuk dan jari tengah, jari tengah dan jari manis, serta jari manis dan kelingking. Hampir setiap orang yang melihatnya bergidik ketakutan melihat pen-pen tajam itu tertancap di sela-sela jari kaki saya. Di setiap pen tersebut ujungnya menyembul dari balik daging.
Diceritakan Dokter, patahan tulang kaki saya lumayan parah. Saking kerasnya benturan, mengakibatkan tulang-tulang di dalamnya patah menjadi serpihan-serpihan kecil. Dokter juga bilang, dipaha ada tulang yang keluar menembus daging.
Kecelakaan itu membuat saya harus bed rest cukup lama. Kurang lebih hamper satu tahun. Setiap sebulan sekali harus control dan rontgen untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan tulang saya kembali. Kaki saya sekarang dipenuhi “ukiran indah” dari atas sampai bawah. Mau tidak mau harus saya akui, SAYA CACAT SEKARANG!. SAYA PINCANG!. Saya sudah tidak “sesempurna” dulu. Disadari atau tidak itu membuat saya menjadi minder – merasa semakin kecil dihadapan tatapan orang. Kalau saja saya boleh meminta pada Allah SWT saya tidak ingin menjadi seperti ini.
Saya menjadi pribadi yang sensitif. Apalagi kalau ada orang yang melihat saya dengan tatapan aneh. “YES I KNOW … SAYA PINCANG! TAPI TOLONG JANGAN TELANJANGI SAYA DENGAN TATAPAN KAMU SEPERTI ITU!. ACTUALLY IT’S HURTING ME!”. Nggak ada yang mau seperti saya. Begitupun dengan saya.
Well, mari kita lupakan sejenak memori itu. Anggap saja itu seperti komputer yang sudah bad sector. Mari kita bahas topik lain yang lebih seru.
Let’s start …
20 April 2010, my young sistah have a baby. Bayinya lucu, cute, imut, cantik. Namanya AQUILLA RATOE SADYA. Kami memanggilnya Nenk. Hehehe sedikit nggak nyambung ya dari nama aslinya?. Nenk nama kesayangan kami semua buat dia. She’s 10 month year old on next Sunday. Giginya udah tumbuh, sebanyak 6. Atas 4 bawah 2. Mitos bilang kalau bayi yang duluan tumbuh gigi berarti jalannya telat. Yea maybe yes maybe no. Tapi mungkin saja benar, karena sampai detik ini dia belum bisa merangkak.
Lahirnya Nenk sedikit banyak “melupakan” kesedihan saya akan kematian Anggi. Tidak bermaksud benar-benar melupakan, walau gimanapun saya, kami, masih menganggap dia masih hidup dan sedang berada diluar kota – kuliah. Lho…lho…kok malah mbahas masalah ini lagi?.
Mari bercerita tentang Nenk.
Nenk itu, menggemaskan. Cucu pertama dari orangtua kami. Dia anak dari adik perempuan saya. Hmm … sekarang pasti dia lagi tidur sambil meluk guling kesayangannya. Dia udah bisa joget-joget. Kalau denger lagu upbeat yang menurut selera telinganya enak di denger dia bakalan joget-joget. Goyangin badan dan kepalanya manggut-manggut. Hehehe.
gigi atas aku gede-gede lho ...om, tante |
Dia juga udah ngerti sama duid. Hahaha kalau ini sih kami nya aja kayaknya yang lebay. Bukannya apa-apa, soalnya pas dikasih uang sama Abahnya (red: kakeknya) disuruh milih antara duid seribu sama lima ribu, eh dia milih yang lima ribu donk. Hahaha parah ya kecil-kecil dah diajarin matre. Don’t try this at home!.
Nenk juga udah bisa protes. Masa?. Iya beneran lho. Ya tentu aja protesnya dengan cara baby – apalagi kalau bukan teriak. Hehehe. Nggak kayak orang dewasa kalau udah marah suka banting-banting gelas sama piring, yang ada dirumah stok piring sama gelas menipis. Hehehe. Contohnya nih kemarin pas jeruk yang saya suapin habis nggak bersisa, dia marah, pengen lagi. Dia teriak “Aaaaaaaaaaa!” kenceng banget terus nyembur-nyembur, mulutnya di manyun-manyunin. Hahaha lucu deh ekspresinya.
baby albino |
Saya sayang banget sama dia. Kalau pas lagi maen kerumah, suka saya cium-cium en goda-goda sampe nangis. Saya puas-puasin maen sama dia. Hehehe maklum nggak tiap hari ketemu, jadi kangen bertubi-tubi sama dia. Miss that ‘lil girl so much!
melet-melet |
bermain bola |
Giliran suaminya adik saya yang gugup. Dia terlihat mondar-mandir nggak jelas. Sama Dokter disuruh masuk keruangan buat ngedampingin adik saya melahirkan. Emang pada dasarnya dia takut sama darah, jadi walaupun dia ada di dalam sana tapi pikirannya tetep bercabang. Antara takut ngelihat darah sama pengen nemenin istrinya. Kayaknya groginya melebihi grogi pas dia lagi ujian semester ato wawancara kerja deh. Saking nervousnya dia beberapa kali keluar masuk ruangan kayak yang sesak nafas – cari angin segar. Dia juga nggak sadar nyenggol kursi yang ada di deketnya beberapa kali, sampe-sampe dia di tegor Dokternya gara-gara memecah konsenstrasi Dokter dan Perawatnya. Hehehe ada-ada aja.
Sodara-sodara aku banyak yang bilang kalau Nenk mirip aku. Jiaahhh sebenernya dia anaknya siapa sih? Hehehe.
Intinya, kelahiran Nenk membawa warna tersendiri buat saya. Walaupun bukan anak sendiri tapi saya sayang dia seperti saya sayang anak sendiri. I LOVE HER FULL!
Whoaaa jadi kangen sama nenk ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar