bird

animasi blog

bird 2

animasi blog

Kamis, 17 Februari 2011

Pernikahan Dini

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
Dulu waktu saya kuliah saya sempat berfikiran untuk menikah muda. Menikah di usia 23-25 adalah impian saya. Alasannya klise – seperti kebanyakan pikiran orang yang ingin menikah muda – biar nanti kalau sudah punya anak, masih bisa “bergaul” bersama. Seru aja kayaknya.

Senang rasanya kalau melihat ibu-ibu muda hamil tapi masih tetap modis pakaiannya. Pernah suatu kali sewaktu saya hangout sama teman sekampus ke sebuah mall, saya melihat seorang ibu muda yang sedang hamil memakai baju atasan warna ungu. You know, purple is my favorite colour. She’s look so beautiful. Emang pada dasarnya ibu hamil itu beneran cantik kok hehe. So sejak saat itu keinginan saya untuk bisa menikah muda semakin bertambah kuat.

Foala, sayang sekali – apa mau dikata hingga usia saya sekarang yang sudah menginjak diangka dua puluh lima niat mulia itu belum bisa terwujud. Mungkin Tuhan masih belum percaya sama saya untuk berumah tangga secepatnya seperti kebanyakan teman saya. Bahkan kebanyakan dari mereka sudah mempunyai anak, satu, dua bahkan tiga anak. Sedangkan saya?.

Tidak ada satu manusia pun yang bisa mengetahui Segala Rencana Tuhan. Terkecuali memang orang itu bisa meramal. Ya tapi namanya juga manusia tetap saja apa yang menjadi tebakannya di masa yang akan datang belum tentu benar dan menjadi kenyataan. Semuanya kembali lagi kepada-Nya. Allah S.W.T.

Sungguh rasanya saya ingin menjerit sekencang-kencangnya karena sampai detik ini saya belum juga merasakan suka dukanya hidup berumah tangga. Mereka bilang seperti ini, seperti itu. Saya hanya mendengar celotehan mereka tanpa bisa merasakannya. Pernah terfikir, kenapa Tuhan belum juga mengabulkan doa saya agar bisa menikah secepatnya. Mengapa Tuhan begitu bersikap tidak adil kepada saya. Apa yang tengah Dia rencanakan untuk saya dengan semua ini?. Betapa perih rasanya hati ini melihat teman-teman saya satu persatu menemukan pasangan hidupnya dan melangsungkan sebuah ikatan suci bernama pernikahan. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang usianya jauh dibawah saya. Bahkan adik saya pun sudah menikah dan dikaruniai seorang baby girl yang cantik dan lucu. Dan atau mungkin pernah menikah beberapa kali menikah. Wallahi Ya Rabb. Sungguh berat kurasa ujianMu pada hambaMu ini.

Apa saya dikategorikan sebagai perawan tua seperti yang banyak di klasifikasikan kebanyakan orang terhadap perempuan usia matang yang belum juga menikah. Tidak bisa disangkal paradigma itu sedikit banyak melukai hati saya. Apalagi untuk saya yang hidup di sebuah kampung yang notabene pola pikir masyarakatnya masih terkotak-kotak. Mereka memandang rendah kepada wanita seperti saya. Well actually its hurting me.
 
Pada akhirnya, jujur saja – keadaan ini membuat saya merasa minder. Salah satu alasan saya malas untuk pergi ke sebuah kondangan pernikahan – terkecuali kalau yang menikah adalah teman-teman terdekat saya - yaitu tadi, karena saya malu dengan status saya. Astagfirullah Al’adzim. Manusia ternyata mahluk yang egois dengan segudang gengsi yang mereka sandang di sisi kanan kirinya. Selain itu hal yang suka saya hindari juga adalah pertemuan dengan keluarga besar. Kenapa? Mereka seringkali bertanya “Kapan nikah? Sudah punya calon belum?”. Hmm … saya jadi ingat sebuah iklan rokok dengan jargon “Maybe yes, maybe no”. Ya ya ya itu jawaban jitu untuk para penanya semacam itu. Saya tidak mengerti kenapa mereka selalu saja meributkan hal tersebut – menanyakan hal seperti itu. Tidakkah mereka pernah berfikir, pertanyaan mereka akan melukai saya. Hey … come on saya bukannya tidak ingin menikah – cepat-cepat menikah. Ingin saya. Tapi mungkin belum saatnya. Sebenarnya saya tidak ingin menjadi pribadi yang melow hanya gara-gara belum menikah. Tolong dimengerti kondisinya.

Lalu bagaimana dengan sikap orangtua saya?. Mereka tidak pernah secara langsung menanyakan atau meminta pada saya untuk cepat-cepat mengakhiri masa lajang dan having a baby. Tapi saya tahu jauh di lubuk hatinya mereka pun ingin sekali melihat saya bahagia dengan pasangan hidup saya dan menimang cucu dari pernikahan kami. Itu juga yang membuat saya sedih karena saya belum bisa membahagiakan mereka bahkan untuk urusan mendasar seperti ini. Saya yakin mereka dapat mengerti/memakluminya. Dan mereka pasti mendoakan yang terbaik untuk saya dan anak-anaknya yang lain.

Hhh … tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi. Mungkin dengan membiarkan semuanya berproses apa adanya akan indah pada waktunya. Kelak kebahagiaan itu akan menyertaiku. Insyaallah…Amin Ya Rabb. Pernikahan Dini untuk seorang Dini tidak terjadi padaku. Semoga tahun ini pernikahan dari seorang Dini bisa terwujud, walaupun terlambat kata orang dan bukan sebuah “pernikahan dini” seutuhnya.  

“Kalau saja hamba boleh meminta Ya Allah … biarkan hamba menikah tahun ini. Dekatkanlah jodoh hamba Ya Rabb. Amin.”  

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Q.S. 30-An Ruum : 21)

Tidak ada komentar: