bird

animasi blog

bird 2

animasi blog

Senin, 21 Februari 2011

Tuhan i wanna have a baby!

Aquilla Ratoe Sadya
Tuhan, I wanna have a baby …
This is true. I wanna have a baby!, so much … but how?

Saya merasa hidup saya kok sungguh malang. Ujian demi ujian datang silih berganti. Allah seakan tidak ingin melihatku lepas dari ujianNya. Kenapa?.

Alim ulama pernah bilang, “Bersyukurlah kamu apabila kamu masih diberi cobaan oleh Yang Maha Kuasa, karena itu artinya Allah SWT sayang kepadamu. Itulah bukti cintaNya kepadamu selaku umatNya”. Kalau dipikir secara akal sehat, begitukah cara Tuhan menyayangi umatnya? Tidak adakah cara lain yang lebih masuk akal?.

Ada juga yang bilang “Cobaan akan membuatmu semakin matang dan mengerti arti kehidupan yang sesungguhnya. Karena dari situlah kita akan belajar bagaimana caranya untuk menyelesaikan semua cobaan yang sedang kita hadapi”.

“Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan umatNya. Semuanya sudah mempunyai takarannya masing-masing” pernah dengar kata-kata bijak itu?. Atau “Dunia diciptakan untuk mereka yang mau berusaha dan berfikir” Kalau yang ini sih saya denger dari Bang Ali dalam serial islami “Islam KTP”.

Tapi saya hanya manusia biasa yang punya hati untuk mengeluh dan merasa menderita. Apa mungkin karena keimanan saya masih sangat dangkal sehingga saya berfikir dan merasakan hal semacam itu?. Astagfirullah. Ya saya akui untuk hal itu saya masih sangat jauuuh dari sempurna. Keimanan saya masih prematur.

Tuhan, I’m going to 28 …
Yes maybe some of u who read this, memikirkan hal yang sama dengan apa yang saya pikirkan. Saya sudah matang, sudah cukup umur untuk berumahtangga dan mempunyai keturunan. Tidak mengapa kalau memang kalian mempunyai pemikiran seperti itu. Dan saya pun tidak akan berusaha untuk menyangkalnya. Salahkah jika saya ingin mempunyai baby?.

Biarkan saya menjawabnya sendiri dari pertanyaan saya tersebut. Jawabannya jelas “SALAH”. Kenapa? Karena saya belum menikah, jadi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, terkecuali jika memang saya sudah gila atau putus asa untuk memilih jalan pintas dengan gelar MBA – Married By Accident!. Hahaha that’s crazy thing!. Tapi rasanya saya masih sangat waras (ya setidaknya saat ini) dan belum siap menyandang predikat itu, terlalu riskan. Saya tidak ingin mengecewakan banyak orang-orang terdekatku.

Tapi apa salah jika saya memendam niat mulia untuk menikah dan memiliki anak?
Nggak bukan? Sebuah hal yang manusiawi bukan jiga saya memiliki hasrat tersebut?. I’m just human being – mahluk sosial yang juga patut untuk memikirkan masalah seperti itu. Karena saya hidup di tengah masyarakat yang terkadang pola pikirnya tidak sejalan dengan apa yang kita pikirkan. Paradigma masyarakat pada umumnya terhadap wanita berusia matang seperti saya yang belum juga menikah adalah sesuatu yang tabu. Let’s say “perawan tua”. Ya ya ya saya tahu saya tidak bisa begitu saja menyalahkan mereka dan meminta mereka untuk tidak membentuk sebuah barometer baru untuk perempuan matang seperti saya?. Bukan berarti juga saya tidak punya prinsip “No matter what they say about me”. Bukan…bukan seperti itu. Tapi…hmmm, duh bagaimana ya cara menjelaskannya?.

Ketika berkumpul dengan golongan mereka yang sudah mempunyai keturunan dan atau sedang hamil, saya Cuma bisa menjadi pendengar yang baik ketika mereka seakan berlomba-lomba membahas tentang anak-anak mereka dan atau kehamilan mereka. Cerita tentang perkembangan anak mereka dari hari ke hari, keceriaan mereka, kenakalan mereka dan lain-lainnya. How poor I am? I don’t know what am I supposed to do? I’ve nothing to share about it.
 
Hmm, saya bukan tidak pernah bersyukur dengan apa yang Tuhan beri untuk saya. Tapi ya itu tadi saya hanya terbentur pada kenyataan antara bagaimana menikmati hidup yang singkat ini dengan hidup diantara paradigma/barometer kebanyakan orang.

Tapi tiba-tiba dada saya sesak. Kembali mengingat seseorang yang dalam alam bawah sadar saya sudah terekam sebagai “pencuri” hati orang yang sangat saya sayang!. Hati saya hancur manakala melihatnya kini sudah menjadi wanita yang sesungguhnya. She have a baby!. Iri?. Yupz!. Ketika saya sakit dia dengan santainya merebut soulmate saya, dan sekarang dia tidak merasa bersalah sama sekali. Ckckck. Mungkin kalau kondisinya tidak seperti sekarang – dalam artian saya tidak sedang mengalami ujian dari Allah. Kalau harus di gambarkan saya terpuruk – mengapa orang yang selama ini saya anggap sebagai penyemangat hidup saya, pelindung saya, as my shoulder to cry on when I sad tiba-tiba pergi dengan perempuan lain. Setega itukah dia, mereka sama saya sementara saya disini sedang berjuang untuk bangkit kembali setelah kecelakaan itu?.

Ya jujur saya iri, saya marah, saya kesal, saya benci dia!. Kenapa Tuhan tidak adil terhadap saya (tuh kan ngeluh lagi saya). Kenapa Tuhan memberi begitu banyak kebahagiaan sama orang yang udah jelas-jelas mencuri sesuatu yang seharusnya menjadi milik saya? Dia hampir memiliki segalanya. Rumah tangga, suami, anak. Saya tidak sanggup untuk menanggung beban ini sendirian Ya Allah? Ini terlalu berat untuk saya. Terlalu complicated. Sementara saya, saya mungkin tidak berarti lagi untuk sang kekasih. Jangankan untuk membahagiakan saya, memenuhi keinginan saya pun sepertinya enggan dia lakukan. Dia hanya bisa berkata palsu. Saya seolah seperti boneka untuknya. Sebagai pelipur lara semu untuknya. Karena mungkin sejatinya kebahagiaannya telah dia dapatkan dari pencuri itu.

Ya saya tahu anak yang mereka miliki tidak mempunyai dosa apapun. Saya tahu itu. Tapi tidakkah kekasih saya pernah sedikit saja berfikir, melebur ke dalam hati kecil saya, merasakan apa yang saya rasakan. Kesedihan, keterpurukan, kekecewaan, kekesalan, amarah, benci. Tapi kenapa anak itu harus terlahir dari rahim perempuan yang sudah merebut milik saya?.

Saya berusaha keras untuk tidak ikut membenci anak itu. Tapi kok ya rasanya berat ya. Itu yang membuat saya terkadang menjadi skeptis, membenci anak kecil. Kalau sudah seperti itu rasanya saya menjadi pribadi lain yang penuh dengan kebencian karena kelakuan mereka yang sudah merendahkan dan menginjak-injak harga diri saya. Apakah sikap saya yang seperti ini masih disebut normal?.

Try to forget it for a while and I love child, however …
Apalagi kalau anak-anak itu lucu, menggemaskan dan pintar. Saya pasti langsung jatuh cinta sama dia. Sering lho saya love at the first sight sama anak-anak kecil. Hahaha ternyata saya tipikal orang yang mudah sekali jatuh cinta ya?. Eits tunggu dulu jangan langsung underestimed gitu donk sama saya, saya nggak mudah jatuh cinta sama pria dewasa. Perlu alasan khusus kenapa saya harus bisa sayang, cinta sama pria itu. Lain hal nya sama anak kecil. Jadi tolong dibedakan ya konteksnya – perlu digaris bawahi.

That’s why I do love child.
Anak kecil itu suci, polos belum ternoda dan menodai. Mereka tidak mempunyai dosa seperti dosa kita yang menggunung yang tidak cukup terhapus hanya dengan satu lusin tipe-x. Anak kecil tidak perlu memikirkan permasalahan yang seharusnya tidak perlu mereka pikirkan. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya untuk menikmati hidup se-enjoy mungkin. Karena kelak ketika mereka sudah dewasa sedikit demi sedikit akan kehilangan momen-momen indah itu. Jangan paksakan/doktrin mereka untuk ikut menanggung beban dari apa yang harus kita pikirkan. Jangan paksakan mereka untuk memikirkan bagaimana caranya untuk mencari uang untuk makan. Tapi bantu mereka untuk terus ceria dan bermain. Tugas mereka hanya itu. Ajarkan mereka untuk belajar dan bermain dengan porsi yang seharusnya. Tidak kurang, tidak lebih. Biarkan mereka mendapatkan pelajaran penting melalui pendidikan formal dan informal. Karena merekalah cikal bakal generasi kita.

Well, saya pernah punya impian ingin menjadi seorang pengajar – guru TK. Dulu jaman-jamannya saya masih kuliah di Bandung, ceritanya saya pernah dapet panggilan interview di sebuah sekolah Play Group bertaraf International, yang percakapan sehari-harinya using English language. Gaji yang ditawarkan juga lumayan mengiming-imingi untuk ukuran anak rantau. Tapi sayang saya gugur sodara-sodara sekalian. Hiks hiks hiks. Setelah itu keinginan untuk menjadi guru TK/Play Group sempat tertunda. Hahaha betapa pesimisnya saya ya?. Saya pun akhirnya bekerja di sebuah perusahaan kurir/ekspedisi dan konsultan telekomunikasi. Nah baru beberapa tahun ini keinginan untuk menjadi guru mencuat lagi ke permukaan. Tapi sekarang justru terbentur pada masalah biaya. Hahaha. Saya membayangkan, kayaknya seru deh bisa ketemu anak-anak setiap hari, bermain dan belajar bersama dengan mereka. Mengajarkan hal-hal baru sama mereka. It’s so meaningfull isn’t it?. Wish someday my dream will come true. Amin.
Anak kecil itu lucu. Saya pernah punya niat untuk mengadopsi anak, karena dorongan mom’s wanna be begitu kuat. Tapi saya urungkan karena saya takut dia tidak akan mendapatkan kehidupan yang layak. Saya baru sadar ternyata saya belum memenuhi syarat untuk itu. Penghasilan saya pun pas-pas an, belum lagi kalau harus bayar hutang. Hahaha maklumlah saya bukan berasal dari keluarga berada. Tapi Alhamdulillah kalau untuk makan kami masih bisa makan cukup sehari tiga kali.

Mungkin juga alasan Tuhan belum mengabulkan permintaan saya untuk bisa seperti adik dan teman-teman saya membentuk sebuah keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah karena Allah merasa saya belum siap. Saya percaya Tuhan merencanakan dan memberikan sesuatu yang baik bagi hambaNya. Walaupun kadang caranya tidak bisa dijangkau oleh kita.

Tapi dari semua itu intinya saya tetap cinta sama anak-anak. Dan positifnya saya tidak akan menyerah untuk mengabulkan mimpi itu. Tidak ada salahnya bagi manusia untuk bermimpi. Tak jarang orang sukses dan besar berawal dari seseorang yang gemar bermimpi. Asalkan mimpi itu tidak membuatnya menjadi gila dan berlebihan. “Semuanya akan indah pada waktunya” . Seseorang bijak pernah berkata seperti itu. Semuanya kembali pada takdir Allah. Manusia hanya bisa berharap dan merencanakan, tapi hasil akhirnya hanya Allah yang bisa memutuskannya. Allah Wa Jahla.

Semoga tahun ini saya bisa mewujudkan impian terbesar saya. Amin.

Tidak ada komentar: