bird

animasi blog

bird 2

animasi blog

Rabu, 27 Januari 2016

Masyaallah atau Subhanallah?

Assalamualaikum Wr. Wb.

Apa kabar semuanya? Sudah cukup lama ya saya membiarkan rumah tulisan saya ini tak berpenghuni; dibiarkannya berdebu, tak terjamah lukisan aksara. Coba lihat postingan terakhir saya sebelum ini, tahun berapa? Hehehe. Eniwei ini tulisan pertama saya tahun 2016 setelah sekian tahun saya terlantarkan blog ini.

Untuk postingan pertama saya, saya akan membahas tentang ucapan “MASYAALLAH” dan “SUBHANALLAH”. Banyak sekali diantara kita yang sering tertukar dalam penempatan pengucapan keduanya, bahkan termasuk saya pun demikian. Mungkin hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman ilmu agama kita tentang kedua ucapan dzikir tersebut. 

Lalu apakah arti dari “MASYAALLAH” dan “SUBHANALLAH”?. Kita bahas satu persatu yuk!


MASYAALLAH
MasyaAllah (مَا شَاءَ اللَّهُ) artinya Kehendak Allah. Oleh karena itu sebaiknya ucapan MasyaAllah, dilafadzkan ketika melihat, mendengar atau mengalami hal-hal yang indah, menakjubkan dan menyenangkan. Sehingga berfungsi juga sebagai pengingat kita atas kebesaran Tuhan kita, Allah SWT. Semua hal di dunia ini tidak luput dari penglihatan dan kuasa-Nya. Semuanya terjadi atas kehendak Allah SWT.
 
      (QS Al-Kahfi : 39)
"Ini adalah apa yang dikehendaki oleh Allah, dan tiada kekuatan melainkan berkat pertolongan Allah"


SUBHANALLAH
Sedangkan Subhan Allah (سُبْحَانَ اللَّهِ) artinya Maha Suci Allah. Pengucapannya akan lebih tepat ketika kita melihat hal-hal yang tak pantas untuk dilihat (hal buruk), seperti kejahatan, kemaksiatan dll. Jadi seharusnya SubhanAllah tidak sepantasnya diucapkan ketika kita melihat keindahan atau pada saat mengingat kebesaran Allah, karena jelas artinya mengarah kepada “Allah Maha Suci daripada keburukan”.
  
                            (QS Al-Baqarah : 116)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya"

Seperti diriwayatkan Hadist Riwayat Tirmizi:
Suatu hari Abu Hurairah berkata: Suatu hari aku berjunub dan melihat Rasulullah SAW berjalan bersama para sahabat, aku bergegas pergi meninggalkan mereka, lalu kembali menemui Rasulullah SAW setelah mandi junub. Kemudian Rasulullah bertanya padaku “Mengapa engkau pergi meninggalkan kami ketika melihat kami?”. Aku menjawab “Wahai Rasulullah, aku koto (junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan seperti itu. Rasulullah bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis. tidak najis disini maksudnya jangan karena sedang dalam keadaan junub dijadikan alasan untuk tidak bertemu antar sesama musllim.

Bagaimana apakah penjelasan saya diatas cukup dapat dimengertikah?

Wallahua’lam Bish-shawab. Semoga postingan saya ini bisa membantu teman-teman yang haus akan ilmu agama. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin Allahumma Amin.

Tidak ada komentar: